TUHAN MEMBENTUK PRIBADI KITA MENJADI “TERANG DUNIA”
(Catatan refleksi seorang alumni setelah Reuni Alumni SPG 20 - 21 Juni 2022.)
Bapak Silvester Bila |
Pada
waktu saya menjabat Bupati Manggarai, saya
mendapat kesempatan istimewa untuk studi banding di Amerika
Serikat. Waktu pulang, saya singgah di
Belanda, mengunjungi Bruder Aquino di
biara Bruderan Santo
Aloysius. Ketika saya mampir di pintu
gerbang biara, Bruder Aquino tidak percaya bahwa yang berdiri di hadapannya
adalah Anton Bagul, mantan muridnya, SPG Tubi 1968-1970. Setelah
saya menyalami dia, dia berkata: ”Anton, mengapa engkau ada di sini?” katanya
sambil menarik tangan saya memasuki ruang biara itu. Dia mempersilakan saya untuk melihat
beberapa foto yang bergantung di dinding kamarnya. Di antara foto-foto itu, ada
beberapa foto saya yang diperolehnya dari majalah Dian dan Kunang-kunang.
Dari
sekian percakapan kami, saya memetik satu pernyataan Bruder Aquino kepada saya:
Anton, saya mengajar dan mendidik engkau di SPG untuk menjadi ‘Guru Kampung’,
yang tugasnya mengajar, mendidik, dan membimbing anak remaja di kampung yang
masih buta bahasa, buta huruf, dan buta angka. Saya tidak mendidik engkau
menjadi Bupati. Engkau jadi Bupati karena dipilih Tuhan. Maka saya bersyukur
dan mengagumi karya Tuhan yang menyempurnakan karya Bruder CSA di Tubi Ruteng.”
(Bapak Anton Bagul, Reuni Alumni SPG Tubi / St Aloysius, Ruteng, 21 Juni 2022).
Pernyataan
Bruder Aquino adalah sharing iman yang dibagikan kepada kita mantan anak
asuhnya di lembah Tubi. Visi lembaga pendidikan SPG asuhan Bruder CSA adalah
menyiapkan Guru yang unggul dalam profesinya mencerdaskan anak bangsa yang
dihimpun dalam ruang-ruang kelas sekolah dasar. Namun dalam kenyataannya ada
banyak alumni tamatan SPG Tubi / SPG Santo Aloysius yang tidak pernah masuk
ruang kelas sekolah dasar. Mereka tidak pernah mengalami bagaimana asyik dan
suka dukanya melakukan pekerjaan “membuka mata anak didik yang buta bahasa,
buta huruf, dan buta angka” di sekolah dasar atau sekolah kampung itu. Ada begitu banyak alumni SPG Tubi /St
Aloysius, pada tahun-tahun awal berprofesi guru SD. Kemudian meninggalkan ruang kelas SD, masuk dalam
dunia politik, menduduki jabatan penting dalam lembaga Pemerintah Daerah sampai
lembaga Pemerintah Pusat. Ada juga yang berprofesi Pengusaha, Wartawan, Penegak
hukum, dan beberapa profesi lain di luar ruang kelas.
Kalau
direnungkan, semuanya ini terjadi karena adanya campur tangan Tuhan dalam hidup
kita. Meskipun para Bruder dan Guru SPG menyiapkan kita untuk berprofesi
sebagai guru yang mencerdaskan anak bangsa di SD, Tuhan memanfaatkan potensi
diri kita untuk berprofesi mencerdaskan bangsa di masyarakat dan lembaga lain diluar
lembaga pendidikan. Tanpa kita sadari, melalui
Bruder-Bruder CSA dan para Guru, Tuhan membentuk pribadi kita menjadi
“Terang dunia”. Kita bukan hanya menerangi kegelapan dunia di ruang-ruang
pendidikan sekolah dasar, tetapi juga menerangi semua kegelapan pada setiap
lorong kehidupan dunia. Semoga profesi
kita selalu bersinar terang dalam lingkungan pekerjaan kita dan semakin banyak
orang diselamatkan berkat pelayanan
profesi kita.
Salamku
untuk semua alumni yang purna bakti, meski sudah pensiun dari profesinya,
ingatlah profesi ilahi sebagai pembawa
terang dunia tidak mengenal pensiun. Dalam usia lanjut atau usia senja kita
masih dapat membawa terang yang menyinari keluarga dan masyarakat di sekitar kita.
Kamu adalah terang dunia. Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik. (Mat 5:14.16).
(Percikan
pengalaman Reuni SPG Tubi / SPG St Aloysius, 20-21 Juni 2022)
Tulisan bagus "Semoga profesi kita selalu bersinar terang dalam lingkungan pekerjaan kita dan semakin banyak orang diselamatkan berkat pelayanan profesi kita" saya meng-amini.
BalasHapus