Selamat Datang

... di situs resmi Kongregasi Bruder St. Aloysius

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 Desember 2014

Seminar Akhir Tahun 2014

Akhir tahun ini CSA kembali menggelar pertemuan bersama di Generalat CSA, Kanfer Raya 50 Semarang. 25 bruder diundang untuk hadir mewakili komunitas dan unit karya. Para bruder berdatangan sejak tgl 27 dan dengan tekun mengikuti pertemuan yang berakhir tgl. 30 Desember 2014. Kali ini ada 2 nara sumber: Bpk. Herman Musakabe, mantan gubernur NTT yang sekarang tinggal di Cimahi, dan Rm. Laurensius Tarpin OSC, provinsial OSC Indonesia. 
Bpk. Herman menekankan bahwa asrama sangat relevan sebagai sarana pembentukan karakter di jaman ini dan CSA punya kesempatan besar untuk terlibat mendampingi kaum muda di bidang ini. Rm. Tarpin mengantar para bruder untuk memahami tahun hidup bakti yang dicanangkan Paus untuk tahun 2015. Para bruder dalam hidup membiara diajak untuk menyadari panggilannya untuk menjadi nabi dan mistikus di jaman ini. Di hari terakhir para bruder berdiskusi untuk mempertegas arah karya dan komunitas di tahun depan. Berikut beberapa foto yang diambil dalam pertemuan ini. 


Jumat, 07 November 2014

Kaul Kekal CSA

Tahun ini banyak hal yg bisa disyukuri di CSA. Satu minggu Setelah pesta 80 th komunitas Madiun, pesta perak Br Aleks, dan 40 th hidup membiara Br. Andreas di Madiun tepatnya tanggal 18 Oktober 2014, Tuhan yang maha murah dan maha kasih telah memberi 3 bruder muda untuk mengucapkan kaul kekal. Mereka adalah Br. Libert, Br. John, dan Br. Dedi dengan mantap mengucapkan janji prasetya kekal mereka pada Hari Sabtu, tgl 25 Oktober 2014 di kapel St. Ignasius wilayah  Kalasan tengah, tidak jauh dari rumah postulat CSA. Setelah mempersiapkan diri dalam retret agung selama 30 hari di rumah retret milik OSF Muntilan didampingi Rm. Suma Hadiwinata SJ, mereka dengan hati gembira didampingi keluarga, saudara, dan teman-teman kuliah, mengucapkan janji mereka.
Tidak kurang dari 400 tamu undangan hadir untuk menyaksikan peristiwa syukur ini dan turut bergembira bersama para bruder. Bruder-bruder CSA dari beberapa komunitas di Jawa turut hadir untuk menjadi saksi dan mendukung dalam doa. Ekaristi dipimpin oleh Rm. Suma SJ, sebagai selebran utama didampingi Rm. Martin, O.Carm, Rm. Selis, Pr, dan Rm. Eman, Pr (kakak kandung Br. Libert, CSA).
Ekaristi dimulai pkl. 10.00-12.00 dilanjut dengan ramah tamah dan makan siang bersama hingga pukul 14.00. Beberapa OMK dan mahasiswa Sanata Dharma menampilkan hiburan di atas panggung untuk memeriahkan suasana.    

Proficiat untuk Br. Libert, Br. John, dan Br. Dedi. Allah memanggil kita untuk setia. "Carilah Tuhan maka kamu akan hidup". Semoga selalu gembira dalam perutusan dan setia dalam panggilan. Berikut beberapa foto yang diambil dari peristiwa ini.


Sabtu, 18 Oktober 2014

Pesta di Madiun


Hari Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 merupakan hari yang istimewa bagi tarekat CSA dan bagi Komunitas Madiun pada khususnya. Hari itu ada perayaan 80 th Komunitas Madiun, pesta 40 th hidup membiara Br. Andreas, dan pesta 25 th Br. Aleks hidup membiara. Perayaan syukur ini diwujudkan dalam Ekaristi Kudus di Gereja St. Cornelius Madiun. Rm. Yuventius Fusi Nusantara, Pr, Vikep Madiun dan pastor kepala Paroki St. Cornelius menjadi selebran utama didampingi oleh Rm. Karnan Pr, dan Rm. R. Joko Sulistyo, Pr. 

Misa diawali pkl. 10.30 dan dimeriahkan oleh paduan suara dari siswa/i SMP St. Yusup Madiun. Tema yang diangkat adalah "Allah tetap setia meskipun kita tidak setia" merupakan refleksi rasa syukur atas rahmat dan penyelenggaraan Allah yang  begitu besar bagi para bruder di Komunitas Madiun. Dalam kesempatan ini para yubilaris membaharui janji prasetya kekal mereka.
Misa diakhiri oleh sambutan Br. Andreas yang mewakili yubilaris dan Br. Lukas selaku pemimpin umum CSA. 
Sekitar pkl. 12.30 para bruder dan tamu undangan mengikuti acara ramah tamah di halaman bruderan CSA Madiun. Acara ini dihadiri oleh sekitar 600 orang yang memadati halaman bruderan. Proficiat untuk Komunitas Madiun, Br. Andreas, dan Br. Aleks. Semoga semakin semangat dalam perutusan.


Senin, 22 September 2014

HK Edisi 63

Hidup Kita edisi 63 th 2014 sudah terbit. Tema utamanya adalah "Menjadi Pendidik Iman jaman ini, siapa takut?" Nampak bahwa tema ini mengalir dari visi bruder CSA untuk pembentukan pendidik-pendidik iman baik di dalam dan luar biara. Silakan mendapatkan filenya DISINI. 



Renovasi Komunitas Tusam

Patung pendiri CSA di tengah taman
Dengan semakin banyaknya jumlah bruder yang memasuki usia lanjut maka perlu dipikirkan sebuah tempat/komunitas dengan fasilitas yang nyaman dan mendukung para bruder lanjut usia dan yang berkebutuhan khusus. Untuk itu Bruderan Tusam dipandang tepat untuk dijadikan komunitas/tempat tinggal bagi para bruder lanjut usia karena lokasinya satu kompleks dengan Wisma Lansia Harapan Asri. Sehingga diharapkan perawat di wisma lansia dan fasilitas yang ada di dalamnya juga bisa membantu memberikan pelayanan bagi bruder yang membutuhkan. Maka diperlukan usaha renovasi rumah bruderan agar lebih nyaman dan fasilitasnya mendukung kehidupan para bruder lanjut usia. 
Br. Viktor mencoba terapi refleksi kaki
Syukur pada Tuhan karena gagasan ini mendapat dukungan dari CSA Belanda yang memutuskan untuk membantu biaya pembangunan renovasi. Pemborong proyek adalah Bpk. Ir. Yudi Prasinto seorang arsitek yang selama ini telah membantu para bruder dalam aneka proyek pembangunan. Proses renovasi membutuhkan waktu sekitar 4 bulan, dimulai pada hari Minggu, 2 Februari 2014 dan berakhir pada hari Rabu, 28 Mei 2014. Setelah semua selesai, diadakan Misa pemberkatan pada hari Senin, 23 Juni 2014 jam 17.00 WIB oleh Rm. Yosep Supriyanto, Pr, Pastor Kepala Paroki St. Maria Fatima Banyumanik Semarang. Misa dihadiri tamu undangan dari lingkungan Agustinus II dan dimeriahkan oleh paduan suara para suster OSF di Banyumanik. 
Terapi refleksi kaki di jalan setapak taman kom. Tusam
Semoga pada saatnya nanti, komunitas Tusam dapat menjadi tempat yang nyaman bagi para bruder lanjut usia dan yang mempunyai kebutuhan khusus. Salam PKD....!


Selasa, 13 Mei 2014

HARI MINGGU PANGGILAN SEDUNIA




ADA APA DENGAN HARI MINGGU PANGGILAN SEDUNIA TAHUN 2014? 
Minggu keempat setelah kebangkitan Tuhan merupakan hari minggu panggilan sedunia. Seperti biasa setiap momen ini kaum religius (Suster, Bruder, Romo dan Frater) masing-masing disibukkan dengan mengadakan aksi panggilan. Setiap paroki pasti menyelenggarakan kegiatan aksi panggilan berupa sharing panggilan sebagai ganti kotbah/renungan mingguan, membuka stand panggilan masing-masing tarekat, mengadakan live in panggilan di rumah umat sambil berkatakese, mendampingi OMK/Remaja dengan gaya dan khas masing-masing tarekat, dll. Harapannya agar semakin banyak anak muda tertarik dengan cara hidup religius. Menjadi yang terpanggil di era globalisasi ini memang tidak mudah. Tantangan dan pergulatan dunia dalam hubungannya dengan perkembangan IPTEK memang menjadi pertanyaan dan pergulatan besar bagi tarekat atau ordo. Pada hal kedepannya gereja semakin berkembang sementara yang melayani semakin berkurang. Siapa yang akan melanjutkan dan mengembangkan karya perutusan Tuhan ini? Untuk panggilan di Indonesia akankan mengalami krisis seperti yang tengah terjadi di Eropa? Semoga tidak! Menyadari akan keprihatinan ini Kongergasi Santo Aloysius (CSA), tentu selalu berusaha memperkenalkan CSA dihadapan Kawula muda/remaja di paroki-paroki atau lingkungan-lingkungan. Semoga mereka semakin tertarik dengan cara hidup bruder CSA yang pada awal berdirinya memang konsennya pada kaum muda. Pada hari minggu panggilan tahun ini bruder CSA terlibat dalam kegiatan aksi panggilan yang dimaksud, antara lain: Br. Silvinus, CSA mengadakan live in di Paroki Wonogiri bergabung dengan beberapa tarekat, Br. Libert, CSA setia mendamping kaum muda dan remaja di paroki Babarsari-Yogyakarta bergabung bersama beberapa tarekat,seperti; SJD, Fcj, SsPS, SVD, dan HHK. Untuk kegiatan aksi panggilan di Paroki babarsari panitia mengemas acaranya sebagai berikut: Sabtu malam setelah misa sabtu sore diadakan pertemuan bersama kelompok Lektor dan Putra altar. Acara dipimpin langsung oleh Br. Libert, CSA bekerja sama dengan tarekat lain. Lalu hari hari minggu pagi dan sore para bruder dan suster diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman panggilan sebagai pengganti kotbah. Br. Libert, CSA diberi kesempatan berbagi panggilan saat ekaristi Minggu sore. Selamat hari minggu panggilan, sukses untuk kita semua. Semoga semakin banyak yang terpanggil untuk menjawabi tantangan dan pergulatan gereja. 
Melengkapi informasi di atas, disajikan beberapa foto berikut ini. Semoga menginspirasi kita semua.

Sabtu, 05 April 2014

MEMANDANG LOGO DENGAN SEMANGAT PKD

“MEMANDANG  LOGO DENGAN SEMANGAT PKD”
Refleksi bersama para bruder CSA dari tiga Komunitas (Turi, Kalasan dan Jogya)
Wonosari, 31 Maret 2014

Salah satu bentuk realisasi dari pemaknaan LOGO CSA adalah melalui kebersamaan hari ini. Rekoleksi kali ini sangat berbeda. Saya merasa ide ini cukup menarik dan menyenangkan. Berbicara PKD akhirnya bukan hanya kata-kata belaka namun kita wujudkan secara nyata. Para bruder CSA dari tiga komunitas menyadari bahwa kebersamaan seperti ini perlu diadakan dan terus diperjuangkan. Kurang lebih empat jam  para bruder dari tiga Komunitas (Turi, Kalasan dan Jogya) dengan penuh rasa syukur dan kegembiraan berbagi pengalaman iman dengan konteks “Memandang Logo dengan semangat PKD”.
Dasar dari kebersamaan ini tentu tercermin pada apa yang pernah dibuat oleh jemaat perdana “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa. (Kis 4:32-34).
Banyak nilai hidup yang dapat dipelajari dari kebersamaan ini. Para bruder dengan semangat PKD mampu berbagi cinta dan kebersamaan. Tidak ada ketakutan, kegelisahan dan sungkan dalam berbagi pengalaman iman. Semua ikut merasakan kebersamaan itu. Karena menyadari bahwa kita semua adalah satu. Satu tarekat, satu semangat, satu pendiri, satu pelindung dan akhirnya disatukan menjadi satu keluarga Yogyakarta. Kebersamaan ini juga serasa bahwa Roh Kudus yang mendampingi kami semua sehingga proses rekoleksinya berjalan lancar dan saling mendukung.
Seuasi rekoleksi pukul 12.30 para bruder bertolak ke tempat yang penuh inspirasi untuk menimba pengalaman rohani yakni berkunjung ke Gua Maria Tritis Wonosari. Satu jam bersama Bunda Maria perjalanan pun berlanjut ke tempat yang penuh kegembiraan. Pukul 13.30 Para bruder masih dengan semangat PKD menuju Pantai Indrayanti, dan disana para bruder mengisi kampung tengah (makan siang). Di bawah pohon Jati yang sejuk dan segar para bruder menikmati santap siang yang telah disiapkan oleh komunitas Kalasan dengan menu utama Entok dan Ayam goring. Terima kasih untuk komunitas Kalasan. Sementara itu Komunitas Turi menyediakan mobil L300 untuk kelancaran kegiatan hari ini lalu komunitas Jogya menyediakan snak dan minuman serta musik era 80an. Lengkaplah sudah kegembiraan dan kebersamaan hari ini.
Selesai makan siang perjalanan pun berlanjut menuju pantai Sundak dan Kukup. Para bruder sungguh memanfaatkan kebersamaan ini dan rasanya inilah khas CSA. Jika ini terjadi di setiap komunitas/kongregasi maka betapa bahagianya hidup ini. Sebagaimana pengalaman ketiga murid Yesus di gunung Tabor, demikian pula yang dirasakan para bruder dari komunitas ini. Semoga kedepannya hal yang demikian tetap berlanjut dan dipertahankan. Lebih lanjut lagi akan kami tampilkan beberapa foto berikut ini. ( Br. Libert, CSA







Selasa, 25 Maret 2014

Evangelisasi Jaman Kini...

Dampak internet semakin tidak bisa disangkal lagi, kecepatan dan masifnya data yang beredar semakin besar dari hari ke hari. Vatikan-pun sempat menyerukan untuk memanfaatkan IT sebagai media evangelisasi. Dan baru-baru ini dunia dikejutkan dengan Suster Cristina Scuccia yang ikut audisi ajang pencari bakat The Voice of Italy 2014. Dia adalah anggota Ordo Ursulin dari Keluarga Kudus. Suster berusia 25 tahun itu berasal dari Pulau Sicilia, Italia selatan. Lagu 'No One' dari Alicia Keys, yang dibawakannya menuai gelombang standing ovation. Ketika dia ditanya apakah Paus tahu apa yg dia lakukan, dia berujar, "Paus selalu bilang bahwa kita perlu keluar dan berevangelisasi. Mewartakan Tuhan tidak akan mengurangi apapun dari diri kita, malah kita akan mendapatkan lebih. Maka untuk itulah saya hadir di sini..."
Saat ini Sr. Cristina sering hadir di berbagai talk-show dan melayani berbagai wawancara. Dia selalu mengatakan: "Saya bukan seorang maestro, yang paling jago adalah Tuhan. Saya hanya alat-Nya untuk membawa kabar gembira melalui cara ini".
(disarikan dari miling list KAS)

Sabtu, 22 Maret 2014

Novena malem Jumat Kliwon

Mgr. Pujo didampingi Rm. Y Supriyanto Pr,
dan Rm. Pranowo, Pr
Hari Kamis tgl 6 Maret 2014 lalu ada perayaan Ekaristi di pelataran Gua Maria Kerahiman Ilahi yang ada di kompleks Wisma Lansia Harapan Asri, Bruderan CSA Tusam. Ekaristi dalam rangka novena malem Jumat Kliwon ini dipimpin oleh Mgr. Yohanes Pujosumarto, Pr, Uskup Semarang. Novena ini dilakukan rutin setiap malam Jumat Kliwon. Tujuannya adalah untuk mengembangkan devosi umat pada Bunda Maria melalui inkulturasi budaya Jawa untuk berdoa pada malam Jumat Kliwon, sekaligus memperkenalkan Wisma Lansia Harapan Asri karena Gua Marianya ada di kompleks wisma. Gua Maria Kerahiman Ilahi ini diberkati oleh Kardinal Yulius Darmaatmaja, SJ pada tanggal 2 Maret 2012. Novena yang digagas 2 th yang lalu ini mendapat  dukungan dari umat di Wilayah St Agustinus Banyumanik dan juga dari Romo Paroki St Maria Fatima Banyumanik. Sebulan sekali Br. Heri memimpin pertemuan persiapan panitia novena yang terdiri dari para bruder dan beberapa umat di wilayah Agustinus. 
Br. Heri & Br. Bayu bersama karyawan wisma
pada saat peresmian Gua Maria

Tanpa terasa, novena ini sekarang sudah merupakan putaran yg II. Kehadiran Bapak Uskup memberi peneguhan bagi panitia penyelenggara dan umat di paroki Banyumanik. Malam itu semua kursi yang disediakan penuh, dan umat yang hadir mencapai 300 orang. Kebetulan ada 59 frater dari Kentungan yang live in selama seminggu di paroki Banyumanik. Mereka semua ikut serta hadir memeriahkan Novena malam Jumat Kliwon dengan mengenakan jubahnya masing-masing. Bapak Uskup sangat mengapresiasi trobosan-trobosan untuk membangun iman umat dengan even-even semacam ini.

Minggu, 16 Maret 2014

HK edisi 61

Hidup Kita edisi 61 th 2014 sudah terbit. Tema utamanya adalah 'CSA Menatap Masa Depan'. Sebuah tema yang mengajak kita semua untuk berani memimpikan tarekat CSA kini dan kelak. Banyak hal menarik yang terjadi di komunitas-komunitas yg dibagikan di edisi ini. Usaha untuk semakin membumikan Spirit PKD-pun mulai nampak. Silakan mendapatkan filenya dengan klik DISINI. 
Sedangkan untuk edisi 60 sebelumnya bisa didownload DISINI.

Kamis, 06 Maret 2014

Latihan Kepemimpinan Mahasiswa

Pada tanggal 1-2 Maret 2014 Br. Libert diminta untuk menjadi narasumber dalam pelatihan kepemimpinan mahasiswa Universitas Sanata Dharma program studi Bimbingan Konseling, dalam hal ini mahasiswa yang masuk dalam kepengurusan HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) bertempat di rumah retret Lentera Kasih Kalibawang, Kulon Progo-DIY.      Tema umum yang diangkat : “ AKU ADALAH PEMIMPIN YANG BERKARAKTER, BERINTEGRASI DAN KREATIF”. Ada beberapa sesi yang harus dilalui peserta pelatihan, antara lain: Mendalami apa itu Integritas yang diawali dengan pemutaran video tentang Kepemimpinan seorang Risma (walikota Surabaya) yang terkenal itu, lalu mengenal kekuatan diri dan pada akhirnya mampu bereksplorasi diri melalui outbond.  
Sebagai narasumber saya tentu bersyukur karena kali ini dipercaya oleh Universitas melalui program studi BK dalam mengembangkan diri dalam latihan kepemimpinan. Saya pribadi menyadari bahwa semua ini terjadi karena berkat dukungan Kongregasi melalui komunitas dimana saya tinggal saat ini. Menjadi pemimpin yang berkarakter, berintegritas dan kreatif memang tidak mudah, maka butuh latihan dan terus mengolah diri sehingga tercermin pribadi yang mampu menjadi pelayan, gembala dan penata layan.
Berikut ini saya bagikan beberapa foto perihal kegiatan pelatihan tersebut. Kebetulan salah satu peserta dari pelatihan ini adalah Br. Dinus, CSA yang saat ini studi BK di Universitas Sanata Dharma, dan dipercaya menjadi salah satu pengurus HMPS. Semoga menginspirasi kita semua.
Salam PKD


Br. Libert, CSA

Jumat, 28 Februari 2014

Survey membuktikan..!



Bulan Desember 2013 lalu komite sekolah SMP St. Yusuf Madiun mengusulkan agar sekolah mengadakan survey untuk melihat apa yang menjadi alasan orang tua dalam memilih sekolah katolik. Kemudian Br. Aleks menindaklanjutinya dengan membuat dan membagikan kuisioner pada beberapa SMP Katolik di Madiun. Hasilnya sangat menarik, karena ternyata alasan utama untuk memilih sekolah katolik adalah faktor disiplin.  Berikut adalah hasil pengolahan data survey tersebut.




Rabu, 26 Februari 2014

Puisi

Sebuah Puisi menjadi sebuah kenangan dan refleksi untuk kita.


BANJIR: SALAH  SIAPA?

Kini Jakarta kotaku beradu nasib terendam lagi
Aku tidak bisa kemana-mana
Hari ini aku makan apa, dimana aku mencari makan
Jalanan digenangi air

Hidup semakin berat
Tak ada cinta lagi
Harapan menjadi sirna
Apa yang kurindukan kini terbawa banjir

Banjir kini engkau datang kembali
Apa sebenarnya tujuanmu
Aku tak mengerti maksudmu
Apakah ini akibat karena aku dan mereka kurang menjaga ciptaan-Nya?

Kuingin belajar sesuatu dari kisah ini
Belajar cinta akan lingkungan
Berusaha membuang sampah pada tempat-Nya
Sehingga dikemudian hari engkau tak datang lagi

Banjir…… kehadiranmu menggelisahkan hati
Menakutkan, merugikan, sedih, dan galau
Kini saya, kami dan mereka hanya menginginkan satu hal
Yakni CINTA dan PERHATIAN

Kami memang salah
Kami merasa berdosa, kami lemah
Berilah rahmat pengampunan-Mu
Sehingga kami tetap dalam cinta-Mu.

Karya: Br. Libert, CSA




Pernah dibacakan saat natalan bersama anak-anak Panti asuhan milik suster PI di Jakarta, januari 2014



Membuat Presentasi yang Menarik

Ada 5 tips supaya sebuah slide presentasi menjadi menarik (membuat orang ingin memperhatikan, tidak malah bosan lalu tertidur). Tips itu adalah:
1. Ganti bullet point dengan gambar dan kata kunci.
2. Ringkas dan sederhanakan teks Anda.
3. Ubah teks dengan gambar dan angka.
4. Ubah cara penyajian menjadi lebih menarik.
5. Posisikan gambar dengan tepat

Agar lebih jelas bisa dilihat di video berikut:
(Sumber foto dan video:http://www.presentasi.net/)

Bruder Michael, Setengah Abad Mengabdi sebagai Biarawan

Tidak semua tahu bahwa ada Bruder CSA yang menerima penghargaan di tingkat nasional dan masuk dalam artikel koran Jawa Pos, Radar Madiun. Berikut artikelnya:

Bruder Michael, Setengah Abad Mengabdi sebagai Biarawan
Ajarkan Nilai Moral dan Agama melalui Sulap
Oleh DYAH M SARI (dikutip dari artikel dari Radar Madiun, 25 Desember 2013)

Usia senja tak mengendurkan semangat Br. Michael menjadi pelayan Tuhan. Itu
tidak lepas dari keinginannya sejak masih belia menjadi sosok yang berguna bagi orang lain.  Hingga kini, sudah lebih dari setengah abad dia menjadi biarawan.
RAMAH, ltulah kesan pertama yang ditunjukkan Bruder Michael saat menemui Jawa Pos Radar Madiun. Meski jalannya sudah sedikit tertatih, dia begitu semangat saat menceritakan pengalaman hidupnya menjadi seorang biarawan. "Ini lagi mempersiapkan Natal. Besok kan di panti ada acara open house," kata biarawan berusia 79 tahun yang kini masih aktif mengurusi Panti Asuhan Putra "Santo Aloisius” Bruderan di Jalan Achmad Yani Kota Madiun itu
Keinginan kuat pria kelahiran Semarang 12 Iuli 1934 itu menjadi seorang biarawan sudah muncul saat masih remaja. Pada 1955 silam, Michael bersekolah di Sekolah Teknik Karang Tempel, Semarang. Setiap hari dia diantar jemput dengan bus sekolah bersama sekelompok anak panti asuhan yang kebetulan bersekolah yang sama dengannya. Dari situlah timbul rasa empati Michael kepada mereka. Meski
sudah tak memiliki orang tua dan berasal dari keluarga tidak mampu, anak-anak panti asuhan itu memiliki tekat kuat untuk bersekolah. Dia pun mulai berpikir
ingin bekerja yang banyak berkecimpung dalam masalah sosial. Setamat dari sekolah teknik, Michael muda melamar ke kelompok bruder CSA (Congregatio
Sancti Aloysi) Semarang. "Akhirnya saya masuk dan menjalani pendidikan di Madiun ini. Waktu itu 1959," jelasnya.

Selama menjalani pendidikan calon bruder, dia pun menyelesaikan studi Sekolah Guru Atas (SGA) di asrama Santo Aloisius itu. Kemudian, pada 1963 Michael bertugas di Surabaya untuk mengajar agama di beberapa sekolah dasar. Mengisi
waktu luang usai mengajar, dia kerap ke THR. Suatu ketika dia melihat seorang penjual jamu yang menjajakan dagangannya sambil bermain sulap. Dari situlah timbul niat Michael untuk berlatih sulap sebagai media pembelajaran siswanya.
Michael pun belajar sulap pada salah seorang pesulap di Surabaya. Setelah memiliki cukup keterampilan, di sela mengajar agama ke para siswanya, dia menyelipkan trik-trik sulap sebagai sarana untuk menyampaikan pesan religi dan moral. Misalnya, dia memakai topi hitam khas pesulap sebagai simbol "mahkota” atau
kekuasaan. Kemudian, saat topi dilepas dan dipakai kembali di dalamnya muncul bola besi yang mengenai kepalanya. ”Maksudnya biar anak-anak paham. Kalau
menjadi penguasa, harus jujur dan bijaksana. Kalau tidak jujur, bisa kena batunya," ujarnya.

Perjalanan Michael sebagai bruder sekaligus guru agama terus dijalani dengan berpindah-pindah kota. Mulai dari Surabaya, Jogja, balik ke Surabaya, dan berakhir di Madiun pada era 1970-an. Waktu itu, dia kembali ke tempat yang tempat yang disinggahinya dulu, Panti Asuhan Putra Santo Aloisius Bruderan Madiun.
Selain mengurusi panti asuhan, dia juga mengajar agama di SDK Santo Yusuf. Model mengajar dengan media sulap masih terus dilakukannya hingga pensiun pada 1995 lalu. Khawatir dengan sekolah yang kala itu murid di kelas yang diajarnya hanya memiliki 23 siswa, Michael tergerak untuk mendirikan TK Santo Yusuf. Bruder tertua di Indonesia itu berperan sebagai fasilitator dan melengkapi permainan anak dan media pembelajaran di TK itu. "Dulu kan pemerintah gencar mendirikan  SD inpres, jadi saya khawatir sekolah kami tidak ada lagi generasinya. Akhirnya saya dirikan TK. Sampai sekarang sudah banyak anak didik dari Santo Yusuf yang berprestasi," katanya.

Meski sudah pensiun sebagai guru agama, Michael tetap aktif dalam kegiatan sosial dan mengabdi sebagai pelayan Tuhan. Dia mengurusi 25 anak panti asuhan
di Santo Aloisius. Meski usianya sudah semakin menua, Michael masih sigap mengurus masalah rumah tangga di panti itu. Mulai dari mengecek kebutuhan dapur setiap pagi hingga membimbing mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup anak panti asuhan tersebut, Michael aktif mencari donatur pada para umat
Kristiani yang peduli dengan anak asuhnya. Dia juga kerap mendatangi perkumpulan doa. Mengisi acara di situ, dia juga menyelipkan permainan sulap.
Orang-orang senang dengan hiburan yang saya suguhkan. Dari situ akhirnya mereka banyak mengenal saya. Apa pun saya lakukan asalkan anak-anak bisa makan," tuturnya.

Dedikasi Michael selama setengah abad menjadi biarawan yang peduli dengan pendidikan anak tu membuatnya mendapatkan penghargaan Mutiara Bangsa di tingkat Nasional pada 2010 lalu. 

Minggu, 23 Februari 2014

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA
Oleh: YR Widada Prayitna*

(Artikel pindahan dari website lama)

Ciri konstitutif adalah ciri yang menentukan keberadaan kongregasi Bruder CSA. Artinya, kongregasi tanpa ciri tersebut, pasti bukan bruder CSA.  Dengan kata lain, menemukan cirri konstitutif Panggilan Bruder CSA adalah menemukan jawaban atas pertanyaan: apa itu panggilan khas Bruder CSA?
Untuk menjawab pertanyaan ini pertama-tama kita harus kembali ke Riwayat dan semangat pendiri CSA, yakni Pater Willem Helemons, OCSO. Kemudian kita juga harus menelusuri bagaimana semangat pendiri itu ditafsirkan sepanjang sejarah hidup karya para bruder CSA ini.
Kontemplasi dalam aksi
Kontemplasi dalam aksi (contemplativus in actione) sebenarnya adalah semangatnya para Yesuit. St Ignatius Loyola, mendirikan ordo Yesuit, sebagai ordo kontemplatif tetapi aktif berkarya di tengah dunia.  Karena itu kontemplasi Yesuit adalah kontemplasi dalam aksi. Semangat yang sama  itu pula yang dihayati oleh Pater Willem Hellemons, pendiri kongregasi Bruder-bruder CSA.
Mengapa Romo Hellemons terkesan dan menghayati semangat kontemplasi dalam aksi? Sebagai seorang trapis, Rm Hellemons telah terbiasa dengan doa kontemplasi. Tetapi penugasannya sebagai pastor paroki Oudenbosch, menuntutnya untuk berkontemplasi dalam aksi. Pendidikan seminarinya dijalaninya di Roma. Di Roma beliau mengenal SY lebih dekat lagi. Beliau mengenal cara dan kisah hidup seorang SY yang meninggal ketika masih frater, dan kemudian diangkat menjadi santo. Frater tersebut adalah Aloysius Gonzaga. Demikian sehingga nama Aloysius inilah yang dipakai untuk menamai kongregasi Bruder yang didirikannya : Congregasi St. Aloysius. Dari nama yang sama, kita tahu bahwa para bruder CSA mendirikan asrama, sekolah terkenal, baik di Belanda maupun di Indonesia (Bandung, Surapaya) : St Louis.
Kecuali nama Aloysius, atau St Louis, Romo Hellemons sebenarnya juga memperjuangkan Konstitusi CSA yang bergaya Yesuit. Perjuangan ini membawa akibat konflik dengan uskupnya. Dapat diduga bahwa yang menjadi alasan konflik  bukanlah masalah ‘gaya’, melainkan masalah keyakinan dan penghayatan pribadi akan semangat Ignatiannya. Demikian pun ketika tahun 1838 beliau mendirikan semacam “kongregasi Maria”. Ini semacam perkumpulan anak-anak laki-laki menurut yang dipakai di paroki-paroki Yesuit. [1]
Semua itu barulah yang tersurat alias terlihat secara kasat mripat. Lebih dari itu ternyata ada yang tersirat yang beliau buat. Semangat kontemplasi dalam aksi ini benar-benar dihayati dalam hidup dan karya-karyanya. Seperti misalnya ketika memilih anak-anak
muda yang ‘boleh’ dididik di asrama yang didirikannya. Kriteriumnya adalah mereka yang berasal dari kelas menengah ke atas. Tujuannya jelas, biar dampaknya nyata. Mudah menjadi dicontoh bagi orang lain. Yang dididik di asrama St Louis nantinya haruslah berdaya pengaruh tinggi di tengah masyarakat. Ini adalah semangat dan gaya Yesuit berkarya. Mereka  dekat dengan para bangsawan dan pemimpin atau pemegang kekuasaan. Sebab dalam memilih karya, Yesuit memilih karya yang punya dampak besar, yang punya multiplying effect tinggi.  
Pilihan karya demikian tak boleh dikatakan hanya didasarkan pada pemikiran semata. Pilihan model demikian haruslah merupakan hasil dari doa mendalam, yakni lewat kontemplasi. Bagi  Rm Hellemons kontemplasinya pun dijalaninya dalam aksi. Itulah sebabnya kita membaca kisah bahwa Rm Hellemons mengubah dari sekolah Minggu menjadi asrama; dan anak-anak yang diterima di asrama adalah mereka yang berasal dari keluarga kelas menengah. Demikian pun ketika asrama menjadi lebih besar, dan Rm Hellemons mengubahnya lagi menjadi sekolah dan asrama, bernama Institut St. Louis. Perubahan dan pilihan semacam ini hanya mungkin terjadi atas dasar suatu kontemplasi dalam aksi  (baca: karya), yang dilakukan oleh Rm Hellemons. [2]

Buah kontemplasi
Ketika pater Hellemons ditugaskan jadi pastor di Oudenbosch kontemplasinya berbuah

konkret dan nyata. Beliau melihat dalam kontemplasinya bahwa orang-orang muda di sana, dan Belanda pada umumnya harus diselamatkan dari ancaman jaman kala itu. Mereka terancam menjadi kurban amoral, asusila, sebagai konsekuensi dari situasi perang waktu itu. Demikian pendidikan model asrama adalah buah-buah kontemplasi dalam aksinya.

Ketika Romo Hellemons bertemu dengan seorang pemuda Johannes Huybrechts,[3]
yang kebingungan menemukan jalan panggilannya, beliau pula yang ber-aksi. Suatu aksi yang kemudian terbukti menjawab panggilan ilahi, bahkan sampai hari ini, tak mungkin tidak adalah buah kontemplasi. Barangkali lahirnya kongregasi CSA ini adalah buah kontemplasinya yang paling besar.
Contoh lain adalah  ketika pater Hellemons mengirim 4 orang bruder nya ke Indonesia. Keputusan demikian hanya mungkin kita pahami berdasarkan kacamata ini: kontemplasi dalam aksi. Pater Hellemons, 150 tahun lalu, pasti sudah lebih dulu berkontemplasi akan panggilan Tuhan di tanah missi Indonesia, sebelum mengambil keputusan visioner dan missioner tersebut. Hal itu tidak hanya tampak dalam ‘kenekatan’ untuk menempatkan  kebutuhan akan bruder di dalam negeri Belanda, di bawah panggilan Tuhan ke tanah misi di Indonesia.  Bukti lebih kuat adalah kenyataan bahwa sekarang ini, 1,5 abat kemudian, para bruder Indonesialah yang praktis memimpin para bruder CSA di seluruh dunia. Keputusan visioner semacam itu, tak bisa tidak harus dikatakan sebagai buah dari sebuah kontemplasi. Keputusan yang tak tergoyahkan, karena dasarnya adalah keyakinan iman. Yakin akan panggilan atau kehendak Tuhan, Keyakinan demikian hanya mungkin diperoleh melalui  kontemplasi. Dari kontemplasi dalam aksi ini pula pater Hellemons membangun spiritualitasnya. «Spiritualitasnya dibangun dari dan berdasaran situasi konkret, dari kebutuhan orang, kebutuhan kaum muda, kebutuhan umat, yang dilihatnya sebagai kebutuhan Tuhan sendiri. Sebab Tuhan hadir di dalam sesama!! » [4]
Dalam hidup sehari-hari pater Hellemons, buah-buah kontemplasi tersebut nampak dalam semangat dan nilai-nilai yang diperjuangkannya, seperti berikut ini:
  1. Pater Hellemons, melihat apa yang tak terlihat di lingkungan/karyanya. Beliau senantiasa mencari dan menemukan yang di belakang layar: yang tersirat, lebih dari yang tersurat. Ini adalah daya/kekuatan  visioner, visi kenabian yang tak lain adalah buah-buah kontemplasi.
  2. Pater Hellemons menggunakan cara pendekatan, dari mata sampai ke hati.  Personal. Touching, inspiring, inner motivation
  3. Keterlibatan pater Hellemons pada kaum muda pastilah berasal dari kontemplasinya atas masyarakat dan jaman kala itu.
  4. Dalam semua itu, tak dapat diragukan lagi bahwa pater Hellemons orangnya percaya penuh upaya. Ia percaya pada Allah, tapi tetap membanting tulang, sampai menyerah pada rencana dan kehendakNya. Beliau percaya bahwa  Tuhanlah yang  menentukan.

Dalam karya-karya yang dipilih oleh Pendiri kongregasi Bruder CSA, ciri-ciri berikut mencolok sekali:
  1. Memperhatikan kesejahteraan hidup umatnya: Umat, masyarakat, lingkungan?
  2. Berciri gerakan: kepekaan sosial: orang miskin, orang sakit, anak yatim, bidang pendidikan Gerakan pemulihan/pengembangan iman Katolik (waktu itu, iman Kristen Protestan mendominasi)
  3. Konsern pada tatanan sosial kemasyarakatan (Belanda waktu itu kurang tertib)
  4. Kreatif dan inovatif menjawab tantangan (waktu itu mendirikan sekolah Minggu, Institut St Louis, mengirim 4 bruder pertamanya ke tanah missi.
  5. Sekaligus bersemangat dinamis, luwes, kèwes, mentes.
  6. Pelayanan demi umat, bukan tergantung tempat. Kelompok kategorial, keluar dari teritorial Ini terjadi ketika Institut St Louis didirikan.
  7. Ciri karya yang memberdayakan umat (Yohanes Huijbrechts) calon guru itu diangkat jadi ‘guru iman’, pemimpin rombongan guru2 yg bernama CSA. Bahasa sekarang: memberdayakan potensi Yohanes Huijbrechts dan teman-temannya.


Dalam bahasa sekarang, ciri-ciri di atas sering disebut dengan istilah entrepreneurship: punya mimpi, punya visi ke depan, punya keyakinan pribadi, penuh inovasi dan kreasi, penuh semangat, berani ambil resiko. Dan hasilnya memberi nilai tambah pada sesama dan dunianya. Itulah yang dibuat pater Hellemons, pendiri CSA. 

Kontemplasi, kini dan nanti
Ketika para bruder CSA masuk Indonesia tentu paling mudah adalah membawa buah-buah kontemplasi asli pendiri kongregasi ke Indonesia. Pada jaman itu, bentuk dan model karya misinya masih dapat dijalankan dengan buah yang memuaskan. Namun, setiap jaman punya panggilannya sendiri. Artinya supaya buah-buah kontemplasi sungguh bermanfaat, kontemplasi harus senantiasa diperbaharui, alias dilakukan terus-menerus. Singkatnya, untuk jaman ini pun kontemplasi itu harus dilakukan lagi dan lagi.
Secara sederhana kontemplasi dapat dijelaskan demikian. Comtemplasi, adalah metode doa, yang dalam Latihan Rohani St Ignatius Loyola, disebut sebagai cara berdoa paling tinggi. Berkontemplasi berarti menempatkan diri ‘di samping’ Tuhan. Dalam doa itu ia menempatkan diri di samping Tuhan, hadir di sana, merasakan, memikirkan, memandang  dunia, ‘bersama Tuhan’ melakukannya. Kira-kira Tuhan akan melakukan apa untuk masa kini dan nanti, ketika melihat bentangan dan tantangan dunia karya di depan kita? Sesuai dengan ini, berarti para bruder CSA harus berkontemplasi untuk menemukan panggilan Tuhan di jaman ini. Secara reflektif para bruder harus bertanya, adakah karya-karya yang sekarang masih dan sedang ditangani oleh kongregasi CSA masih merupakan jawaban atas panggilanNya. Secara proyektif, para bruder harus berkontemplasi untuk menemukan vision ke depan nanti. Apa proyeksi karya yang diyakini menjawb panggilanNya mengingat keadaan jaman dan dunia kini dan nanti?

Berlayar ke tempat yang lebih ‘dalam’

Tahun ini kongregasi Bruder CSA memperingati 150 tahun berkarya di Indonesia. Tema yang diangkat adalah berlayar ke tempat yang lebih dalam. Tema ini bagi saya mengandung konotasi bahwa tidak berlayar untuk mencari nyaman, tetapi justru siap menantang dunia. Sebab laut yang lebih dalam, kecuali menjanjikan (perolehan tangkapan) ikan-ikan besar, juga membawa konsekuensi bahaya dan resiko yang lebih besar pula. Pertanyaannya adalah seberapa besar kesiapan para bruder dalam mengarungi perjalanan karya yang lebih ‘dalam’ ini? Dalam bahasa awam, jawaban atas pertanyaan ini menuntut suatu kontemplasi mendalam dari seluruh kongregasi. Kontemplasi yang menyangkut beberapa hal berikut:
Perubahan mindset
Kalau kita biasa berlayar di laut dangkal dan kita memutuskan untuk berlayar di laut dalam, mindset kita harus berubah. Gelombang besar dapat saja membalikkan kapal kita. Ikan besar dapat menyeret kail kita, tanpa dapat kita kendalikan. Perubahan alat atau sarana kita gunakan adalah sine qua non, mutlak perlu.  Dalam melayari laut yang lebih dalam, tak mungkin kita hanya mengandalkan kekuatan alam semata. Kemampuan nahkoda dalam mengendalikan kemudi juga berbeda. Pendeknya, persepsi kita tentang diri kita maupun medan karya kita juga harus berubah. Lebih dari itu, mindset kita harus diubah. Itu artinya, kita mesti melakukan kontemplasi lagi. Kita berdoa bersama Tuhan, dan bertanya, kira-kira apa yang dipikirkan, dirasakan dan akan dilakukanNya di medan karya kita kini dan nanti, saat ‘lautan menjadi lebih dalam’ menjadi kenyataan?  Dalam hal ini kita bisa belajar dari Pater Hellemons ketika dulu memutuskan untuk mengirim 4 orang misionarisnya ke negeri kita Indonesia.
Pandangan dunia. 
Persepsi kita tentang dunia pun juga harus diubah. Dunia modern menawarkan banyak pilihan, dan janji kenyamanan. Bagaimana kita, para bruder CSA mau bersikap di tengah dunia sekarang ini. Pater Hellemons justru melawan arus dunia saat itu.  Dunia yang penuh Yansenisme, dilawannya dengan gerakan dari dalam hati dan budi para muda waktu itu. Artinya bagi  kita: mari kita  berkontemplasi.
Seandainya saya boleh  berkontemplasi bersama kongregasi CSA, maka dunia dan panggilan  CSA di jaman ini akan terlihat  seperti berikut ini:
Dunia kita adalah dunia pasar bebas. Dunia yang ditentukan oleh kebutuhan pasar. Segala sesuatu, termasuk hidup manusia ditentukan oleh kebutuhan pasar. Orang tanpa sadar mengikuti saja gerak dan arus dunia. Manusia tidak sanggup, bahkan tidak merasa perlu lagi, untuk punya prinsip sendiri, punya nilai kemandirian. Demikian sehingga orang mulai bingung dengan karakter khas manusia. Sebab manusia seakan kehilangan karakternya.  Karena itu pula, pendidikan karakter dianggap sebagai jawab atas kehilangan jati diri manusia. Padahal sebenarnya ini bukan masalah isi, melainkan masalah cara atau metode pendidikan.  Selama sistem pendidikan masih berfokus pada pendidikan intelektual, maka isinya apa pun hanya akan jatuh pada perkara normatif dan kognitif belaka. Dunia pendidikan perlu pembaharuan metode dan sistem. Pembaruan sistem yang  partisipatif dan eksperientatif. Untuk ini yang paling cocok adalah melalui pendidikan entrepreneuship. Kalau ini tak menggantikan, minimal melengkapi sistem yang ada sekarang ini.
Khusus di Indonesia, dunia yang lebih menantang dan mengundang ternyata letaknya ada di bagian timur negeri ini. Maka kalau para bruder CSA mau berkontemplasi, yang paling tepat adalah mengkontemplasikan dunia di Indonesia timur, NTT misalnya. Dalam pandangan saya, bumi NTT sesungguhnya subur, tetapi relatif masih nganggur. Masyarakatnya masih belum mampu mengolah kesuburan tanah. Akibatnya mereka kini  tergantung pada hasil bumi dari luar NTT.  Daripada mengolah bumi negeri sendiri, lebih baik pergi ke luar NTT, bahkan ke luar negeri buat mengejar ringgit atau duit.

Fokus pilihan: orang muda.
Dari awal berdirinya, kontemplasi pendiri dan para mengikutnya, membuahkan fokus pilihan karya pada orang muda. Orang muda yang waktu itu jadi kurban situasi perang. Perang antara negara ataupun perang antar keyakinan agama. Orang muda mengalami kemerosotan moral dan iman. Itulah yang melahirkan karya pendidikan asrama orang muda. Di jaman ini, orang muda masih tetap jadi kurban. Kurban atas kemajuan jaman dan kemunduran nilai kemanusiaan. Di NTT, bahkan pendidikan orang muda pun masih sungguh memprihatinkan. Di Gereja pun pelayanan dan pendampingan pada kaum muda masih terhenti pada konsep formal dan normatif belaka. Ada begitu banyak orang muda yang dibiarkan saja hidup tanpa pendampingan, kadang tanpa tujuan.
Menggerakan perubahan dunia, paling mudah adalah melalui orang-orang muda. Mereka masih punya idealisme tinggi. Energi mereka besar. Mereka punya nafsu belajar tinggi. Di sini lain, selama ini kebanyakan orang muda, menjadi kurban cinta dari kaum tua. Mereka biasanya ditempatkan sebagai penonton, bukan partisipan. Malah ada yang hanya jadi obyek dan kurang diperlakukan sebagai subyek.
Orang muda sekarang juga telah terhipnotis pada tawaran dunia yang hedonistis.
Akibatnya, mereka kurang sadar akan panggilan jamannya. Dengan pendidikan entrepreneur, diharapkan orang-orang muda dapat membaharui dunia dan memberi nilai tambah pada tata kehidupan manusia. Tambahan pula, di NTT, tingkat pendidikan pada umumnya masih belum maju.
Jalur pendidikan formal, terutama di Jawa sebenarnya sudah relatif dapat diandalkan. Tetapi yang terkandung dengan pendidikan formal adalah pendidikan satu dimensi: dimensi intelektual. Itu pun dalam prakteknya berarti menghafal, bukan mengerti dan memahaminya. Dimensi finansial yang menentukan sebagian besar kehidupan manusia justru belum disentuh sama sekali. Kalau ada jalur pendidikan nonformal, itu pun masih sangat terbatas. Jadi, dalam kontemplasi jaman ini jelas kiranya kalau panggilan atau undangan karya CSA itu tetap fokus pada kaum muda. Itupun bukan lewat jalur pendidikan formal, melainkan melalui jalur pendidikan nonformal. Di sana dimensi finansial dapat diangkat dan digarap melalui pendidikan semangat entrepreneurship. Dilihat dari segi kemendesakan, di wilayah Indonesia bagian Timur, kebutuhan akan hadir dan peran serta para Bruder CSA kok terasa lebih jelas. Sebab yang peduli pada orang muda di  sana boleh dikata tidak banyak. Kalau pun ada lebih menyiapkan orang muda untuk menjadi ‘pegawai’ kalau bukan ‘buruh’ para pemodal di luar NTT. Jarang, atau malah mungkin belum ada yang menyiapkan orang muda menjadi ‘majikan’ pemilik pegawai. Di sinilah perlunya orang muda digembleng dengan semangat entrepreneurship.

Metode asrama
Kalau dulu pater Hellemons mengembangkan bentuk pelayanan kaum muda bergerak dari « sekolah Minggu » ke « asrama », dan akhirnya ke « sekolah dan asrama » kita di Indonesia, khususnya NTT dapat meneladan sikapnya. Artinya bukan meniru begitu saja, sebab situasi, dunia dan manusianya berbeda. Memiliki sekolah dan asrama adalah pilihan turunan dari aslinya. Sekarang pilihan itu sebaiknya direfleksi kembali, kalau tak mau direvisi. Saya cenderung memilih fokus saja pada asrama. Sebab punya sekolah dan asrama mengandaikan memiliki tenaga berkualitas, fasilitas yang memadai, dan untuk itu perlu biaya besar. Bukan karena kekurangan tenaga kalau tak mau memilih jalur sekolah. Tetapi pendidikan sekolah sudah dikelola dengan baik, bahkan lebih baik oleh dunia. Kalau CSA tidak punya kelebihan istimewa dalam menangani sekolah sebaiknya fokus di luar sekolah. Sebab di luar sekolah belum banyak yang peduli. Di luar sekolah belum dianggap sebagai strategis dalam sistem pendidikan yang ada sekarang ini. Sementara sistem asrama, jika diseriusi, dapat dijadikan sarana terbaik untuk membentuk karakter yang siap untuk mandiri. Sebab setelah pendidikan intelektual di ruang kelas (formal) pembimbing asrama masih punya kesempatan banyak untuk mendidik orang muda ini dengan pelatihan dan pembentukan karakter yang mendukung kemandirian orang muda tersebut. Asrama adalah tempat untuk berlatih dan mengalami sendiri. Asrama tidak hanya memberi tekanan pada kognitif, tetapi justru dalam internalisasinya. Jika ini yang jadi mimpinya, maka asrama mesti dipikirkan dan dikelola secara profesional, visioner dan misioner.
Di dalam sistem pendidikan asrama lah orang muda dikenalkan nilai-nilai kemanusiaan
dan pembentukan karakter entrepreneur yang mengandung prasyarat : kemandirian. Jika ini dapat menjadi sumbangan khas para Bruder CSA di Indonesia, maka meskipun jumlah yang dididik tidak masal, namun peran dan sumbangannya bagi masyarakat dan Gereja akan sungguh berdampak. Lebih baik kecil tetapi unik, dan memberi sumbangan khas, daripada ikut-ikutan arus, lantas sumbangannya tak kelihatan dan kurang bermakna.  
Di mana-mana, bruder CSA dikenal sebagai pendidik karakter, melalui sistem pendikan asramanya. Itulah mimpi yang dapat dimaknai sebgai buah-buah kontemplasi jaman ini. Dalam situasi dimana mendidikan asrama tak mungkin diwujudkan, dapat dicari bentuk pendampingan alternatif, non formal, namun secara karakter berkualitas.
Kalau itu yang dilakukan para bruder CSA Indonesaia jaman ini, maka ciri konstitutif para bruder CSA menjadi nyata kembali di jaman ini. Jika ini pula yang merupakan buah-buah kontemplasi kongregasi, maka tak perlu ragu lagi untuk menfokuskan diri dalam karya asrama ini. Lahan ini masih terbuka lebar, sebab belum banyak yang melihat dan mengambilnya sebagai sarana bernilai untuk pembentukan karakter manusia.
Selamat Pesta 150 Tahun Berkarya Di Indonesia !

Dulu ada St Louis, di Belanda maupun di Indonesia,
Dan orang muda disapa dan diangkat drajatnya
Kini ada orang muda, di Jawa maupun di Flores sana
Semua memanggil-manggil hati dan budimu untuk mereka.
Nanti ada yang mengalami buah karyamu mengubah hidup mereka
Dan orang-orang yang sungguh mandiri karena andil darimu
Para bruder pencinta, pembela dan inspirasi jiwa mudaku.

Semarang,
Pada hari pesta St Matias, Rasul
14 Mei 2012


*) Penulis adalah Direktur Wulangreh Foundation, bertempat tinggal di Banyumanik, Semarang


[1] Joos P.A van Vugt: Bruder-bruder dan karya mereka, Kanisius 2005, hal 43
[2] Ibid, hal 45-46
[3] Perjumpaan dengan pemuda Johannes ini adalah pemicu lahirnya kongregasi CSA. Johannes adalah bruder CSA pertama.
[4] Seperti dituliskan oleh Br Heri CSA, dalam Nilai-nilai Pendiri.