Konsili Vatikan II mendorong setiap kongregasi untuk lebih
membuka diri terhadap masyarakat luas di pedesaan atau wilayah pinggiran.
Menanggapi seruan itu, CSA membuka komunitas di dusun Donokerto, Turi, Sleman
yang masih merupakan area lereng Merapi. Para bruder di komunitas ini mengelola
SMP St. Aloisius milik PGPM Paroki Yohanes Rasul Somohitan. Kemudian dalam
perkembangannya juga mengelola asrama untuk siswa-siswi SMP tersebut. Karya
bersama dengan Gereja setempat menjadi pilihan komunitas supaya kerjasama
dengan Keuskupan Agung Semarang menjadi semakin nyata.
Komunitas CSA di Turi terasa semangat integrasinya dengan
masyarakat setempat. Keterlibatan para bruder dalam hidup menggereja dan
kemasyarakatan turut memberi warna khas pada komunitas yang didirikan tahun
1969 ini. Jika menilik ke belakang sejarah perkembangan sekolah ini, ada saat
di mana jumlah murid berlimpah, namun juga pernah mengalami krisis kepercayaan
masyarakat sehingga jumlah murid menurun drastis. Namun berkat kerja keras,
dedikasi, dan pelayanan yang mengagumkan dari seluruh pelaku pendidikan di
sekolah ini, pelan tapi pasti jumah murid semakin bertambah banyak hingga tiap
angkatan pararel 2 kelas. Bertambahnya jumlah murid juga berkat keberadaan asrama
yang memungkinkan anak-anak dari penjuru kota besar di Indonesia bisa belajar
dan dididik di tempat yang sejuk ini.
Saat ini (2013-2014) komunitas CSA Turi dihuni lima bruder,
antara lain: Br. Kosmas (Pimpinan
komunitas) Br. Sipri,Br. John, Br. Dinus dan Br. Francis.
0 komentar:
Posting Komentar